Peternakan Mandiri di Belitung Terancam Dominasi Kemitraan Skala Besar
0 menit baca
LENSACAMERA.COM, BELITUNG – Peternakan mandiri di Belitung merasa terancam dengan kehadiran kemitraan skala besar yang beroperasi di daerah tersebut. Kehadiran kemitraan ini dinilai memonopoli populasi ayam dan menguasai harga pasar, sehingga membuat peternakan mandiri kesulitan untuk bersaing.
Ketua Aliansi Peternakan Mandiri, Yahya, bersama sekitar 60 peternak lainnya mengungkapkan bahwa kemitraan skala besar telah menguasai lebih dari 180 ribu populasi ayam, sementara kebutuhan ayam di Belitung hanya sekitar 240–250 ribu ekor per bulan. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan kemampuan peternak lokal untuk bertahan di tengah dominasi pasar.
Selain masalah populasi, para peternak juga menyoroti ketimpangan harga. Harga ayam hidup di Jawa mencapai Rp23–24 ribu per kilogram, sedangkan di Belitung hanya sekitar Rp18–20 ribu per kilogram. Padahal, Badan Pangan Nasional telah menetapkan harga ayam hidup di kandang minimal Rp25 ribu per kilogram dan harga ayam bersih maksimal Rp40 ribu per kilogram.
Aliansi Peternakan Mandiri telah melakukan diskusi dengan berbagai pihak, termasuk dinas terkait, bupati, wakil bupati, dan kejaksaan negeri, untuk meminta perlindungan dan pengaturan yang lebih berpihak kepada peternak mandiri. Mereka mendesak pemerintah daerah agar membatasi populasi kemitraan besar, bahkan mempertimbangkan penutupan jika keberadaannya merugikan peternak lokal.
Menurut Yahya, kurangnya pengawasan dan regulasi dari pemerintah daerah menjadi penyebab utama ketimpangan ini. Ia berharap pemerintah dapat memberikan perlindungan dan dukungan nyata agar peternak lokal tidak tersingkir dari pasar.
Dengan adanya langkah tegas dari pemerintah, para peternak berharap dapat bertahan dan berkembang secara mandiri, serta berkontribusi terhadap ketahanan pangan daerah tanpa harus kalah bersaing dengan perusahaan besar.
(*)

